Sabtu, 14 Mei 2011

Pengaruh Stress Terhadap Psikologi lingkungan

Pertama kali istilah stress ditemukan oleh Hans Selye (dalam Sehnert, 1981) yang mendefinisikan stress sebagai respon yang tidak spesifik dari tubuh pada tiap tuntutan yang dikenakan padanya. Kemudian menurut Lazarus (1976) stress adalah suatu keadaan psikologis individu yang disebabkan karena individu dihadapkan pada situasi internal dan eksternal. Selanjutnya menurut Korchin (1976) keadaan stress muncul apabila tuntutan-tuntutan yang luar biasa atau terlalu banyak mengancam kesejahteraan atau integritas seseorang.

Dari beberapa definisi diatas maka menurut Sarafino (1994) mencoba mengkonseptualisasikan ke dalam tiga pendekatan, yaitu:

1. Stimulus

Keadaan atau situasi dan peristiwa yang dirasakan mengancam atau membahayakan yang menghasilkan perasaan tegang disebut stressor. Kategori stressor ada tiga, yaitu:

a. Peristiwa katastropik, misalnya angin tornado atau gempa bumi.

b. Peristiwa hidup yang penting, misalnya kehilangan pekerjaan atau orang yang dicintai.

c. Keadaan kronis, misalnya hidup dalam kondisi sesak dan bising.

2. Respon

Respon adalah reaksi seseorang terhadap stressor. Untuk itu dapat diketahui dari dua komponen yang saling berhubungan, yaitu

a. Komponen psikologis, seperti : perilaku, pola berpikir, dan emosi

b. Komponen fisiologis, seperti : detak jantung, mulut yang mongering (sariawan), keringat, dan sakit perut.

Kedua respon ini disebut dengan strain atau ketegangan.

3. Proses

Stress sebagai proses terdiri dari stressor dan strain ditambah dengan stu dimensi penting yaitu hubungan antara manusia dengan lingkungan. Proses ini melibatkan interaksi dan penyesuaian diri yang kontinyu, yang disebut juga dengan istilah transaksi antara manusia dengan lingkunga, yang di dalamnya termasuk perasaan yang dialami dan bagaimana orang lain merasakannya.

Terdapat model stress dari Cox, mengemukakan 3 model stress, yaitu:

a. Response-based model

Mengacu sebagai sekelompok ganggua kejiwaan dan respon-respon psikis yang timbul pada situasi sulit. Mencoba untuk mengidentifikasikan pola-pola kejiwaan dan respon-respon kejiwaan yang diukur pada lingkungan yang sulit. Suatu pola atau sekelompok dari respon disebut sebagai sebuah syndrome. Pusat perhatian dari model ini adalah bagaimana stressor yang berasal dari peristiwa lingkungan yang berbeda-beda dapat menghasilkan respon stress yang sama.

b. Stimulus-based model

Model ini memusatkan perhatian pada sifat-sifat stimuli stress. Terdapat tiga karakteristik penting dari stimuli stress adalah sebagai berikut

(1) Overload

Diukur ketika sebuah stimulus datang secara intens dan individu tidak dapat mengadaptasi lebih lama lagi.

(2) Conflict

Diukur ketika sebuah stimulus secara stimultan membangkitkan dua atau lebih respon-respon yang tidak berkesuaian. Situasi-situasi konflik bersifat ambigu, dalam arti stimulus tidak memperhitungkan kecenderungan respon yang wajar.

(3) Uncontrollability

Adalah peristiwa-peristiwa dari kehidupan yang bebas atau tidak tergantung pada perilaku dimana pada situasi ini menunjukkan tingkat stress yang tinggi.

c. Interactional model

Stress dapat diukur ketika dua kondisi bertemu, yaitu:

(1) Ketika indvidu menerima ancaman akan motif dan kebutuhan penting yang dimilikinya. Jika telah berpengalaman stress sebelumnya, individu harus menerima bahwa lingkungan mempunyai ancaman pada motif-motif atau kebutuhan-kebutuhan penting pribadi.

(2) Ketika individu tidak mampu untuk mengcoping stressor.

Jenis stress menurut Holahan (1981) menyebutkan jenis stress dibedakan menjadi dua bagian, yaitu:

a. Systematic stress

Sebagai respon non spesifik dari tubuh terhadap beberapa tuntutan lingkungan. Terdapat tiga tahap dalam respon sistematik tubuh terhadap kondisi-kondisi penuh stress yang dikenal dengan istilah General Adaptation Syndrome (GAS).

b. Psychological stress

Terjadi ketika individu menjumpai lingkungan yang penuh stress sebagai ancaman yang secara kuat menantang atau melampaui kemampuan copingnya (Lazarus dalam Holahan, 1981).

Sumber stress (stresor) ada tiga kelompok menurut Lazarus dan Cohan (dalam Evans, 1982), yaitu:

a. Fenomena catalismic, yaitu hal-hal atau kejadian-kejadian yang tiba-tiba, khas, dan kejadian yang menyangkut banyak orang seperti bencana alam, perang, banjir, dan sebagainya.

b. Kejadian-kejadian yang memerlukan penyesuaian atau coping seperti pada fenomena catalismic meskipun berhubungan dengan orang yang lebih sedikit seperti respon seseorang terhadap penyakit atau kematian.

c. Daily hassles, yaitu masalah yang sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari yang menyangkut ketidakpuasan kerja, atau masalah-masalah lingkungan seperti kesesakan atau kebisingan karena polusi.

Kaitannya stress dengan psikologi lingkungan adalah ketika individu merasa tertekan oleh keadaan dilingkungan sekitar, hal ini yang menyebabkan individu merasa stress karena lingkungan yang tidak nyaman. Seperti yang dikatakan diatas stress dapat muncul karena adanya tuntutan baik dari internal maupun eksternal. Kemudian stress dapat muncul jika lingkungan fisik menghambat tujuan individu dan lingkungan juga yang menghambat atau membatasi individu untuk bertingkah laku.

Stress dapat mempengaruhi individu dalam lingkungannya, hal ini terjadi karena ancaman yang dirasakan individu datang dari luar dirinya atau dunia sekitar sehingga individu merasa cemas, marah dan tegang ini yang dapat mempengaruhi lingkungan sekitar individu. Misalnya stress karena teman, teman yang mempunyai masalah dengan kita dan permasalahannya belum selesai, dia selalu menyalahkan kita atas kesalahan yang tidak pernah kita perbuat dan hal itu yang menyebabkan kita dicibir atau dikucilkan oleh teman-teman yang disekitar kita, tekanan-tekanan itu yang membuat kita menjadi stress yang akan membuat kita marah, cemas, tegang dan merasa terancam.